sa
Balada Driver Perempuan Pekerja Orange Dan Hijau Sesuai Titik.
Beberapa tahun kebelakang, salah satunya.industri yang muncul dan besar akibat teknologi adalah platform gig economy berbasis lokasi. Platform-platform ini menyediakan kebutuhan konsumen untuk mendapatkan jasa dan barang dengan lebih mudah. Caranya, menghubungkan konsumen dengan pekerja/penjual/mitra melalui aplikasi berbasis internet. Gojek, Grab, Shopee Food, dan Maxim adalah bagian dari area aplikasi ini
Mungkin kita sering melihat habitat masyarakat yang mululu rutin menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut. Melihat para pekerja berjaket hijau, orange, dan kuning di jalan terjal sudah jadi hal yang lumrah. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya mengapa hanya sedikit perempuan yang bekerja sebagai ojek/kurir online? Apakah aplikasi online dapat memberikan keamanan dan perlindungan bagi pekerja perempuan?
Ada jurang pemisah antara laki laki dan perempuan Terkait pendapatan.
Pointnya, Jika dibandingkan dengan penghasilan laki-laki yang bekerja sebagai ojek online, penghasilan pekerja gig perempuan cenderung lebih rendah. Jika dirata-rata, penghasilan harian pekerja gig perempuan ada di angka 50-60 ribu per hari. Sedangkan, penghasilan pekerja laki-laki masih bisa mencapai angka 100-150 ribu per hari. Penulis sempat mewanwancarai,"akun resmi @naffisetiawan.
Faktor penyebabnya, penghasilan yang timpang bisa jadi karena pekerja perempuan cenderung bekerja dengan waktu lebih pendek dari pekerja laki-laki. Tidak perlu ditanya lagi, mereka baru menghadapi jalanan terjal setelah mereka akan  menyelesaikan pekerjaan domestik di rumah, (ibu rumah tangga) misalnya: memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, dan mengantar anak sekolah.
Artinya, mereka baru bisa mulai “nge-bid” di jam 9 atau 10 pagi. namun, ketika waktunya jam anak pulang sekolah. pekerja gig perempuan ini biasanya punya tanggung jawab lebih untuk menjemput anak, masak untuk makan siang, dan lain sebagainya. Bahkan, banyak juga dari mereka yang mengaku membawa anaknya sambil bekerja. Astaga.. Sebenarnya Hal ini sangat berbahaya jika dilihat dari sudut pandang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Cerita yang saya dapatkan dari pekerja gig perempuan di atas, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (EIGE) yang menunjukkan bahwa beberapa daya tarik utama gig work, seperti fleksibilitas, seringkali cenderung merugikan perempuan.
Oya, Penelitian melaporkan bahwa perempuan rata-rata memilih sikap untuk menjadi pekerja gig, alasannya mereka dapat menggabungkannya dengan pekerjaan rumah tangga sekaligus mampu menyeimbangkan komitmen keluarga. hasilnya, banyak perempuan yang bekerja dalam jam-jam yang kurang menguntungkan, pada akhirnya mendapatkan penghasilan di bawah pekerja laki-laki.
Bisa jadi Rentan mengalami pelecehan seksual
Hal menyedihkan lain adalah pekerja gig perempuan berpotensi mendapatkan perbuatan senonoh,adapun pada tingkatan sexual harassment atau pelecehan seksual."sering terjadi di area pekerjaan mananpun, tentu Mayoritas pekerja gig perempuan pernah mengalami pelecehan seksual selama mereka bekerja.
Bentuknya beragam, mulai dari komentar seksis di kolom rating aplikasi, pertanyaan bertubi tubi: “Sudah nikah belum?” ; “Ngapain perempuan kok ngojol?”; hingga “Yuk, habis ini ke tempat saya sekalian”. Tentu bisa sampai kepada pelecehan secara fisik, Semisal, menempelkan tubuhnya selama dibonceng, memeluk dari belakang, dan lain sebagainya.
Atau ada juga yang bilang tidak berani mengonfrontasi hal tersebut, ada banyak pertimbangan bagi perempuan, bisa jadi khawatir diberi rating jelek di aplikasi. Sehingga point menurun, atau mungkin melapor kekantor, itu pun jika di tanggapi secara cepat.
Tidak di proteksi oleh aturan ketenagakerjaan
Status mitra yang disandang oleh pekerja-pekerja gig economy di Indonesia secara kompleks menyebabkan mereka tidak terlindungi oleh aturan-aturan ketenagakerjaan. Ketentuan mengenai upah minimum, waktu kerja, dan jaminan sosial, tidak berlaku kepada mereka. Sehingga, kebanyakan pelaku gig ekonomi berada dalam kondisi yang lebih rentan jika dibandingkan dengan pekerja dalam hubungan kerja.
Dalam konteks pekerja perempuan, ketiadaan perlindungan ini berefek lebih berat. artinya, mereka tidak bisa mengakses hak-hak dasar mater, semisal, seperti cuti melahirkan. Akibatnya, ada beberapa pekerja gig perempuan sedang Hamil, sehingga bebas tetap bekerja bahkan mungkin hamil besar tetap harus bekerja karena tekanan ekonomi. dan segera kembali bekerja setelah mereka melahirkan. lagi-lagi sangat berbahaya jika dilihat dari pandangan Keselamatan kerja atau kesehatan.
Peluang kecil sehingga melawan keterbatasan.
Lalu, kenapa perempuan-perempuan ini tetap bertahan bekerja sebagai ojek/kurir online?
Sebagian dari mereka menjawab: Karena tak ada pilihan lain. Lebih lagi, pekerjaan ini memberikan mereka fleksibilitas yang tidak bisa ditawarkan oleh pekerjaan lain atau perusahaan lain, Di tengah keterbatasan pendidikan.
Di antara banyak yang terlibat dalam gig ekonomi, mereka memandang hal ini sebagai peluang, di tambah rata-rata mereka merasa sangat minder oleh persyaratan Perusahaan pencari tenaga kerja. Tentu bukan hal mudah di tengah usia yang sekarang. ketahuilah,  diskriminasi pada predikat usia di anggap tidak layak pada kolom syarat lowongan pekerjan di perusahaan Indonesia. Presentase nya dianggap wajar. Sehingga, bagi perempuan yang sempat break pada bekerja karena situasi hamil, sampai melahirkan, dan mengurus anak,  hakekatnya mereka tidak punya peluang untuk mencari pekerjaan baru ketika mereka sudah masuk usia 30an. Tentu, bukanlah perkara mudah.
Di sinilah kesempatan untuk bekerja sebagai ojol, atau kurir online, atau pekerjaan-pekerjaan lain yang ditawarkan oleh platform gig, dilihat oleh para pekerja perempuan sebagai pilihan satu-satunya bagi mereka. Belum lagi, bekerja sebagai mitra Gojek, Grab, Shopee Food, Maxim, dan berbagai aplikasi lain, memberikan mereka ruang untuk tetap mengerjakan tanggung jawab domestik rumah tangga dan mengurus anak, Setidaknya setiap hari dapat uang untuk masak besok.
Di sinilah pentingnya pemerintah berperan untuk mengintervensi. Jikalau memang gig economy adalah masa depan kita, karena pekerjaan-pekerjaan turunan dari teknologi memang tidak bisa dibendung.
Tag : Balada Driver Perempuan Pekerja Orange Dan Hijau, di terjal Sesuai Titik.
penulis : Kocu
Sumber foto : fixabay
  
Comments
Post a Comment